Jumat, 15 Januari 2010

TKQ/TPQ NURUL ISLAM DASAN BARU

TKQ/TPQ NURUL ISLAM DASAN BARU

Latar belakang

Dasan Baru adalah desa kecil yang dari dulu terkenal memiliki banyak sekali tuan guru, ustaz, dan tempat pengajian. Walaupun demikian ketika tahun 2000 dulu diteliti ternyata masih banyak penduduk dasan baru yang belum bisa baca qur’an.

Hal itu disebsbkan karena system pengajian hanya masih menggunakan system konvensional dimana system ini membutuhkan waktu yang panjang sekali untuk membuat anak bisa mengaji Alqur’an bahkan sampai bertahun-tahun santri harus mengaji baru mereka bisa baca qur’an.

Bahkan pada waktu itu banyak sekali santri yang masuk sekolah MTs yang belum bisa membaca Alqur’an. Hal inilah yng membuat penduduk Dasan Baru, terutama para ustaz untuk mencari terobosan baru untuk mengatasi hal itu.

Untunglah pada waktu itu seorang Serjana Agama STAIN menawarkan sebuah Lembaga Alqur’an yang bernama TPA. Nama itu disambut baik sekali oleh penduduk setempat bahkan penduduk setempat menginginkan supaya secepatnya penataran TPA diadakan.

Karena M. Haris cukup dekat dengan pengurus TPA Provinsi, maka acara penataranpun dapat diadakan secepatnya. Penataran itu dipimpin oleh ustaz Malik yang pada waktu itu bertugas sebagai ketua LPPTKA BKPRMI.

Penataran berlangsung hanya satu hari, namun demikian para ustaz setidaknya sudah punya bekal yang cukup untuk mengajar TPA. Para ustaz diberitahu beberapa perbedaan diantara pengajian TPA dengan pengajian konvensional; guru TPA mendapat pengalaman bagaiman cara menciptakan suasana kelas yang menyenangkan; menciptakan santri yang aktif, kreatif serta berbudi pekerti luhur.

Sejak waktu itu dibukalah TPA ini dengan resmi. Pendaftaran pun mulai dibuka. Pada awalnya hanya satu dua santri yang masuk. Ustaz Munzir, A.Ma yang menjabat sebagai kepala TPA pada waktu itu sempat berkata “ada nggak santri kita ya?”.

Pertanyaan itu dijawab oleh ustaz-ustaz “berapa pun yang akan datang kita akan ajar”

Beberapa jam pun berlalu ternyata tak disadari jumlah santri yang mendaftar sudah jauh dari perkiraan sampai berjumlah 150 santri. Bahkan ustaz yang tersediapun tidak cukup. Sebab itulah kepala TPA berinisiatif untuk mencari santri yang kelas 2 dan 3 MTs sebagai asisten.

Jumlah ustaz dan asisten pada waktu itu berjumlah 15 orang. Maka perbandingan murid dengan guru adalah 1 berbanding 10. pengajaran mulai setelah solat asar di masjid.

Setelah 1 tahun TPA berdiri siswa pun semakin bertambah. Santri-santripun sudah banyak yang menguasai lagu-lagu wajib, do’a-do’a wajib, ayat-ayat pendek bahkan sudah banyak santri yang khatam qur’an dan memasuki jenjang TPAL dimana disana mendapatkan pelajaran tambahan berupa tajwid dan tartil namun ketika itu masalah sempat mengejutkan TPA karena pada waktu itu sudah banyak sekali guru yang mengundurkan diri.

Ada guru yang pergi ke Malasia, ada yang sibuk di rumah mereka. Hal ini di maklumi oleh kepala sekolah Karena pada waktu itu guru tidak digaji berhubung pada waktu itu santri hanya mengeluarkan infak sebesar 500 rupiah perbulan dan itupun habis untuk beli kaset dan alat belajar seperti iqra’.

Walaupun hal itu terjadi, para guru-guru TPA yang tersisa tinggal lima guru dan asisten. Lima guru dan asisten ini yang berusaha untuk mempertahankan TPA dengan sekuat tenaga. Mereka harus lebih meluangkan waktu lebih banyak lagi untuk bisa mengatasi hal itu.

Dengan dana yang seminimal-minimalnya dan mengharapkan ridha Allah para ustaz ini tetap maju untuk mengadakan pembelajaran bahkan mengikuti penataran –penataran yang diadakan di kecamatan.

Bahkan TPA kami pun dapat mewisuda beberapa santri yang sudah dianggap fasih baca qur’an, hafal semua ayat-ayat pendek dan hafal 15 doa sehari-hari.

Beberapa tahun kemudian TPA sekitar tahun 2004, kami ini mendapatkan undangan lomba VASI (vestifal anak soleh Indonesia). Kami berencana untuk mengikuti VASI itu meski kami mungkin tidak punya harapan untuk memenangkan lomba itu namun setidaknya kami akan dapat penglaman.

Kami berencana mengikuti beberapa mata lomba yaitu :tartil, azan, kaligrafi, dan cerdas cermat. Kami mulaidari seleksi kecamatan.

Pada seleksi kecamatan ini kami dapat meraih juara satu pada tiga mata lomba yaitu tartil, cerdas cermat dan azan. Kami begitu bangga terhadap murid kami yang dapat memenangkan perlombaan di tingkat camat itu dan tentu kami semakin berusaha keras untuk mendidik mereka untuk mengikuti lomba di tingkat kecamatan nanti dimana mereka akan melawan musuh yang lebih tangguh lagi.

Latihan pagi malam kami laksanakan. Pada waktu itu ustaz Ahmad Zazri ditugaskan untuk membina seluruh santri yang akan mengikuti lomba tingkat kabupaten.

Pelatihan pun dilaksanakan pagi malam dengan semangat yang tiada tara. Latihan demi latihan dilalui sampai tibalah waktu lomba untuk tingkat kabupaten. TPA kami terpaksa meminjam uang untuk biaya pergi ke praya. Dengan keadaan itu kami semakin semangat dan harus mendaptkan juara.

Lomba pun dimulai, anak-anak tampak bersemangat dan bertekat untuk mengalahkan musuh mereka dan akhirnya alhamdulillah seluruh santri lolos ketingkat Provinsi. Kabar baik menyambut kami lagi.

Kami lebih percaya diri lagi meskipun kami kekurangan guru namun kami ternyata bisa mengalahkan yang lain. Masyarakat Dasan Baru mulai membuka mata terhadap TPA kami dan mempercayai kami sebagai lembaga pengajian yang berhasil.

Kami kembali lagi harus berusaha semampu mungkin untuk mengalahkan saingan di tingkat Provinsi. Kali ustaz Zazri semakin bersemangat lagi. Latihan pun semakin di perketat dan lebih fokus kepada santri yang akan mengikuti lomba di tingkat Provinsi.

Beberapa hari kemudian tibalah saat lomba di Provinsi. Santri-santri diajak ke rumah para tuan guru yang ada di dasana baru untuk minta do’a restu. Setelah itulah baru santri diajak ke Mataram. Disana santri dipondokkan di sebuah kos kecil tempat ustaz Zamahsari kos.

Anak-anak begitu bahagia bisa kemataram. Mereka begitu menikmati suasana di mataram; mereka bercanda tawa dengan teman-teman mereka bahkan dengan ustaz mereka.

Keesokan harinya, lomba dimulai. Santri kelihatan begitu bersemangat untuk mengikuti lomba kebetulan juga persiapan mereka sudah cukup bagus. Perlombaan tartil dan azan diikuti oleh santri kami yang bernama Muzawwir. Dua mata lomba itu dia borong sekaligus kebetulan ia adalah santri yang memiliki suara terunik sedangkan lomba cerdas cermat diikitu oleh santri Ikhwan, Suhaili dan Hulaimi.

Perlombaan dilaksanakan di tempat yang berbeda. Sebagai guru kami begitu khawatir kalau kalau santri kami semua gagal, namun kami berkata bahwa apappun yang terjadi akan kami jadikan pelajaran.

Muzawwir yang mengikuti mata lomba azan dan tartil berlomba di dalam ruangan sehingga kami tidak bisa melihat penampilannya. Sebab itulah kami berkumpul di perlombaan cerdas cermat.

Di lomba cerdas cermat tersebut santri kami dapat melanjutkan sampai pinal. Saat final itu berlangsung santri kami hanya kalah beberapa poin yang menyebabkan mereka hanya bisa menduduki juara kedua. Walaupun demikian kami bangga kepada mereka karena mereka sudah membawa TPA kami sampai final.

Kabar selanjutnya akan kita dengar dari Muzawwir. Pengumuman juara pun diumumkan sore harinya dan ternyata ia lolos untuk tingkat Nasioal pada dua mata lomba tersebut. Kami begitu bangga kepadanya.

Karena ia juara di dua mata lomba itu maka ia harus memilih salah satu mata lomba. Kami pun memilihkan mata lomba tartil untuknya ia juga setuju terhadap rencana ustaznya.

Latihan keraspun dilaksanakan dalam berberpa bulan. Saat lomba itu tiba Ustaz Zazri yang selalu membina dan menemaninya di seluruh mata lomba yang ia menangkan tidak sempat hadir karena tepat pada waktu itu ia harus menghadapi Ujian Nasional kebetulan ia belum lulus SMA. Terpaksalah Ustazah Zainab mewakilinya sebagai pendamping di tingkat kecamatan.

“walaupun saya tidak disana namun setidaknya saya akan tetap perjuangkan ia di sini dan akan mengajarnya semampu saya” kata Ustaz Zazri.

Ia pun sempat berpesan kepada Muzawwir untuk selalu menggunakan nada yang diajarkan itu.

Setelah satu minggu mengikuti perlombaan tercuit kabar bahwa ia tidak bisa mendapat juara ia hanya bisa merebut juara harapan karena disana dia disuruh oleh seorang ustaz dari TPA lain untuk menggunakan nada dua yang bukan termasuk nada yang dilombakan.

Setelah kembali dari perlombaan Nasional TPA ini kembali aktif seperti biasa namun hal yang beda adalah dari waktu ke waktu ustaz semakin habis sampai kemudian hanya tersisa tiga ustaz yaitu Ustaz Zazri dan asistennya Muzawwir serta Ustazah Zainab.

Meskipun tiga ustaz ini harus menghadapi 100-an santri namun mereka tetap yakin bahwa suatu saat nanti mereka akan dapat merebut juara. Program TPA tetap berjalan seperti biasa karena mereka menggunakan system asistensi.

Beberapa tahun kemudian VASI kembali lagi diadakan, pada saat ini kami mengikuti lomba pidato bahasa inggris, pidato bahasa arab, bahasa Indonesia, cerdas cermat, kaligrafi dan tartil

Pada seluruh mata lomba ini kami hanya dapat maju ke provinsi pada dua cabang lomba yaitu lomba pidato bahasa inggris dan pidato bahasa arab yang di latih oleh Ustaz Zazri juga.

Ketika berlomba di tingkat provinsi kedua anak itu gagal. Ustaz-ustaz yang tiga hanya bisa merenungi kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.

Beberapa bulan kemudian sekitar tahun 2009 ustazah Zainab pun berhenti mengajar hanya dapat mendukung dari do’a. yang tertinggal hanya ustaz Zazri dan Muzawwir. Mereka menjalankan TPA semampu mungkin.

Mereka bukan tidak mau merekrut guru namun keadaan uang yang tidak ada dengan infak yang 1000 perbulan tentu tak mampu menggaji guru. Itulah sebabnya mereka akan tetap bertahan dan akan mengikuti VASI yang akan datang.

Pada awal 2010 hal yang beda terjadi,Buk Neli istri pak Hablul Warid S.Pd. MM terketuk hatinya untuk mengajar di TPQ kami. Ia yang membuat pembelajaran menjadi lebih lengkap dan kami juga langsung merekrut asisten dari santri MTs yang berbakat yang kami suruh mengajar.

Kami yakin VASI nanti kami akan merebut juara tingkat Nasional.

1 komentar:

  1. salute!!! semoga generasi kita berikutnya bisa lebih baik dari kita sendiri yang sudah senior. Terima kasih atas tulisannya bapak. Semoga bapak tidak akan pernah bosan untuk mengangkat issue issue sosial di sekitar kita. Terutama kampung kita tercinta. DASAN BARU.

    BalasHapus

Mohon Tinggalkan Komentar