Selasa, 01 Februari 2011

WARGA BERGOTONG ROYONG MEMBUAT TEMBOK PEMBATAS


Hari jum’at kemarin tepatnya tanggal 28 Januari 2011, ratusan masyarakat dusun Dasan Baru bergotong royong membangun tembok pembatas madrasah. Warga datang dengan sukarela sebagai bentuk rasa tanggung jawab, partisipasi dan dukungan terhadap program-program yang dilaksanakan oleh yayasan (Nurul Islam )yang merupakan milik bersama warga setempat. Mereka datang ramai ramai untuk membuat galian pondasi bangunan sepanjang 182m.

Kaum ibu juga tidak mau kalah, mereka juga berduyun duyun ke lokasi pembangunan sambil membawa 2 bungkus nasi yang akan di kumpulkan untuk makan siang para kaum bapak. Ibu ibu ini juga bersama-sama mengangkat batu dari kali-kali dan dibawa ke lokasi pembangunan sehingga dapat menekan jumlah anggaran yang diperlukan, tidak hanya itu kaum ibu juga mendapatkan giliran mengeluarkan satu porsi makanan (dulang) untuk para tukang dan pekerja selama pembangunan.

Tukang dan pekerja juga ikut menyumbangkan tenaga demi kelancaran pembangunan dan penghematan biaya. Para tukang yang biasanya di upah Rp.50.000 perharinya ikhlas dibayar Rp.30.000 untuk setiap harinya, demikian juga yang dilakukan oleh buruh yang melayani para tukang , mereka rela dibayar Rp. 15.000 perharinya meski biasanya mereka di bayar Rp.25.000 sampai Rp. 30.000 untuk sehari.

Pembangunan ini diperkirakan akan menelan dana Rp.50.000.000. dana yang tersedia dari sumbangan masyarakat dan sisa belanja yayasan sebesar Rp. 23.000.000. Jumlah dana ini sangat kurang dari cukup, namun hal itu tidak mengurungkan niat warga dan pengelola yayasan untuk memulai pembangunan, mereka yakin kalau semua warga bersatu maka pembangunan ini akan selesai meskipun membutuhkan waktu yang agak lama.

Pembangunan tembok pembatas ini bertujuan untuk memberi rasa nyaman kepada siswa dan guru disaat belajar,sehingga tidak terganggu oleh mobi, motor dan orang yang lalu lalang. walaupun di tempat ini belum ada ruang kelas namun setiap harinya ada kelas yang belajar di areal seluas 53 are ini. Siswa dan guru merasa lebih nyaman belajar di ruang terbuka ini dibandingkan di kelas mereka di karenakan tempat yang sempit dan kurang dari standard ukuran sebuah ruang kelas biasa, dimana ruang kelas mereka berdiameter 6x6m dengan jumlah siswa lebih dari 40 orang.ditambah lagi halaman bermain yang tidak ada menambah rasa jenuh siswa.

Kondisi itulah yang mendorong warga dan pengurus yayasan khususnya kepala madrasah Tsanawiyah memaksakan diri memulai pembangunan di areal yang berjarak 300 meter dari gedung bangunan sebelumnya. Mesti hanya tembok pembatas namun lokasi itu akan dijadikan tempat bersekolah siswa siswi madrasah Tsanawiyah Nuru;l Islam Dasan Baru.

Sambil menunggu tersedianya dana untuk pembangunan ruang kelas permanent, para siswa akan bersekolah di sekepat atau sekenem (berugak) yang akan dibuat bersamaan dengan pembuatan tembok pembatas tersebut.seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah madrasah Tsanawiyah H. munzir.S.Pdi “kita akan membuat berugak berbentuk sekepat atau sekenem sebagai tempat belajar siswa siswi untuk menggantikan ruang kelas semula yang sesak dan bau, sedangkan sekolah yang lama akan dipergunakan oleh TK karena selama ini TK juga belum memiliki bangunan yang menetap, walaupun sudah berdiri puluhan tahun sehingga selalu meminjam ruang kelas dari Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Belajar di berugak tersebut akan dilaksanakan sampai ada gedung baru dan sambil menunggu bantuan dari pemerintah dan masyarakat “ ungkapnya dilokasi pembangunan.

Meski yayasan Nurul Islam Dasan Baru memiliki prasarana yang kurang memadai namun siswa – siswinya tidak kalah saing dengan sekolah sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai, hal tersebut di buktikan dengan seringnya santri santri di madrasah ini mendapatkan piala dalam berbagai ajang perlombaan, mulai dari tingkat kecamatan,KKM sampai nasional. Salah satu contoh, baru baru ini menjadi juara 2 pidato bahasa inggris, bahasa Indonesia dan adzan tingkat provinsi bahkan salah seorang siswa kls VIII, Kastaman mewakili nusa tenggara barat untuk lomba cerpen beberapa bulan kedepan, Tiga tahun yang lalu salah seorang siswanya juga meraih juara harapan dua tingkat Nasional di Jakarta lomba Tartil mewakili NTB.

Sarana dan prasarana tidaklah segalanya dalam menciptakan manusia berbakat, beriman ,berdaya saing dan bertaqwa,namun kemauan dan niat yang tulus adalah sumber utama dari sebuah keberhasilan dan kesuksesan, itulah yang diyakini oleh para pengelola pesantren atau yayasan ini dalam mendidik santrinya menjadi orang yang berbakat,beriman,berdaya saing,dan bertaqwa kepada Alloh SWT.

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon Tinggalkan Komentar

SUPPORTING SITES

 

Popular Posts

Popular Posts this month

Popular Posts this week